Strategi perlindungan perairan di Indonesia merupakan isu yang semakin mendesak untuk segera diatasi. Tantangan yang dihadapi pun semakin kompleks, mulai dari pencemaran lingkungan, illegal fishing, hingga perubahan iklim yang semakin mempengaruhi ekosistem perairan. Namun, dengan adanya solusi yang tepat, kita masih punya harapan untuk menjaga keberlanjutan sumber daya perairan di Indonesia.
Menurut Direktur Eksekutif Indonesia Ocean Justice Initiative (IOJI), Zenzi Suhadi, strategi perlindungan perairan di Indonesia haruslah holistik dan melibatkan berbagai pihak terkait. “Kita tidak bisa hanya mengandalkan pemerintah saja, tapi juga perlu melibatkan masyarakat, LSM, dan sektor swasta untuk bersama-sama menjaga kelestarian perairan kita,” ujarnya.
Salah satu solusi yang diusulkan adalah dengan meningkatkan pengawasan terhadap illegal fishing yang marak terjadi di perairan Indonesia. Menurut data Kementerian Kelautan dan Perikanan, kerugian akibat illegal fishing mencapai triliunan rupiah setiap tahunnya. Oleh karena itu, perlunya penegakan hukum yang lebih ketat dan kerjasama lintas sektor dalam menangani masalah ini.
Selain itu, perubahan iklim juga menjadi tantangan serius dalam perlindungan perairan di Indonesia. Menurut Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Alue Dohong, perubahan iklim telah menyebabkan peningkatan suhu air laut dan penurunan kualitas air di perairan Indonesia. “Kita perlu segera bertindak untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan menerapkan kebijakan yang ramah lingkungan agar dapat melindungi sumber daya perairan kita,” ujarnya.
Dengan adanya strategi perlindungan perairan yang kuat dan solusi yang tepat, kita masih memiliki harapan untuk menjaga keberlanjutan sumber daya perairan di Indonesia. Namun, hal ini membutuhkan kerjasama dan komitmen yang kuat dari semua pihak terkait. Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia memiliki tanggung jawab besar dalam menjaga kelestarian perairannya. Mari bersatu tangan dalam menjaga perairan Indonesia untuk generasi yang akan datang.