Pencemaran laut merupakan salah satu tantangan lingkungan hidup yang dihadapi oleh Indonesia saat ini. Dampak dari pencemaran laut ini sangat luas dan berpotensi merusak ekosistem laut yang ada di sekitar kita. Menurut data yang dikeluarkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, sekitar 80% sampah laut di Indonesia berasal dari daratan, dengan berbagai jenis sampah plastik menjadi penyumbang terbesar.
Menurut Prof. Dr. Ir. Rachmat Hardadi, M.Eng., seorang pakar lingkungan hidup dari Universitas Indonesia, “Pencemaran laut merupakan masalah serius yang harus segera ditangani. Dengan kondisi laut yang semakin tercemar, akan berdampak pada keberlangsungan sumber daya laut yang menjadi sumber kehidupan bagi banyak orang di Indonesia.”
Salah satu contoh nyata dari dampak pencemaran laut adalah terumbu karang yang mulai mengalami kerusakan akibat limbah kimia dan sampah plastik yang masuk ke laut. Menurut Dr. Ir. Diah Dwiana Lestiani, M.Sc., seorang ahli kelautan dari Institut Pertanian Bogor, “Terumbu karang merupakan ekosistem yang sangat rentan terhadap pencemaran laut. Jika tidak segera ditangani, maka akan terjadi kerusakan yang sangat parah dan sulit untuk pulih.”
Tantangan dalam mengatasi pencemaran laut ini memang tidak mudah. Diperlukan kerjasama antara pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha untuk bersama-sama melindungi lingkungan laut. Menurut data yang dikeluarkan oleh Greenpeace Indonesia, hanya sekitar 40% limbah plastik di Indonesia yang didaur ulang, sedangkan sisanya berakhir di laut.
Oleh karena itu, langkah-langkah preventif seperti pengurangan penggunaan plastik sekali pakai, pengelolaan sampah yang lebih baik, serta penegakan hukum yang lebih tegas terhadap pelaku pencemaran laut harus segera dilakukan. Dengan demikian, kita dapat menjaga kelestarian lingkungan laut untuk generasi yang akan datang.